Musim layang-layang telah tiba
Musim layang-layang telah tiba dan seperti biasa, akan ada event yang sudah ditunggu-tunggu para penggemar layang-layang yaitu lomba layang-layang. Lomba layang-layang yang paling bergengsi
biasanya diadakan di pantai Padang Galak, Sanur, dengan diikuti oleh ratusan peserta, biasanya event ini diadakan setiap bulan Juli. - Agustus Peserta lomba biasanya berupa sekaa (perkumpulan) karena hampir mustahil layangan yang dilombakan dapat dibuat mengudara hanya dengan satu orang. Selain itu, mulai beberapa tahun yang lalu juga diadakan lomba layang-layang tingkat Internasional yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara yang digelar di Tanah Lot.
Setiap daerah di Bali memiliki ciri khas dan selera sendiri dalam pembuatan layangan. Khusus di Bali, layangan memang bukan dibuat untuk diadu (talinya dibuat bergesekan hingga putus) seperti di luar Bali, namun lebih pada kepuasan bentuk dan gerakan ketika berada di udara. Berikut beberapa hal yang biasanya membuat suatu layangan layak untuk dibanggakan di Bali :
Bentuk, Ukuran, Warna
Jika anda membuat layangan, yang pertama kali dilihat biasanya bentuknya, sesuai atau tidak, proporsional atau tidak. Kemudian semakin besar layangan semakin bergengsi pula layangan itu. Untuk layangan yang diikutkan dalam lomba terutama layangan Bebean dan Janggan, untuk membuat layangan dapat mengudara diperlukan puluhan orang, setidaknya sekitar 10 orang untuk memegang talinya dan 10 orang lagi untuk mengangkat layangan itu. Disamping itu, perpaduan warna layangan biasanya juga menjadi perhatian, warna yang paling sering digunakan adalah warna : hitam, merah, putih.
Elog (gerakan ke kiri dan ke kanan ketika di udara)
Ketika layangan berada di udara, gerakan ke kanan dan ke kiri seperti sedang menari di sebut elog. Untuk layangan Bebean, ngelog (melakukan elog) adalah suatu keharusan, sangat jarang layangan Bebean yang tidak ngelog. Elog ini harus sesuai dan tidak berlebihan. Sangat sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana suatu elog yang begitu indahnya. Untuk layangan Janggan dan Pecuk, layangan ini tidak ngelog, tapi diam saja, tetapi untuk layangan Janggan, gerakan yang dilihat adalah gerakan ekornya yang meliuk-liuk ke atas dan ke bawah seperti gelombang air atau seperti ekor naga.
Ngambun (hilang di atas awan)
Untuk layangan yang berada sangat tinggi di udara, biasanya akan menghilang di atas awan yang melewatinya. Si pemilik layangan akan sangat bangga dan senang melihat layangannya berada di atas awan. Untuk keadaan cuaca yang normal, dibutuhkan tali layangan sekitar 4 bendel untuk mencapai awan (1 bendel = 10 rol, 1 rol = 10 meter).
Nginep (berada di udara berhari-hari)
Hal terakhir yang dapat membuat si pemilik layangan bangga adalah jika layangannya bisa bertahan di udara selama berhari-hari, hal ini memang memerlukan sebuah layangan yang benar-benar stabil di udara, agar tidak jatuh ketika angin bertiup pelan dan tetap kokoh ketika angin bertiup kencang. Karena angin di musim layangan sangat kencang di siang hari namun pelan bahkan menghilang ketika malam atau menjelang pagi.
Di Bali hampir setiap orang terutama di wilayah pedesaan yang gemar dengan layangan baik tua maupun muda, namun biasanya hanya kaum lelaki. Orang yang sudah kecantol bermain layangan disebut kena pregina (hobi) layangan. Bahkan ada yang rela menghabiskan jutaan rupiah untuk layangan, seperti layangan yang diikutkan untuk lomba dapat menghabiskan beberapa juta untuk satu layangan. Untungnya penggemar layangan ini biasanya membentuk sekaa (perkumpulan) layangan. Walaupun kini miris juga melihat banyak partai politik yang memanfaatkan sekaa layangan ini.
0 komentar:
Post a Comment